Senin, 17 Agustus 2009

Wanita itu setengah gila.. namun ia nampak bahagia.


"Just let the wind blow, the stream flow, and the rose grow. Let the be be"
"Everybody has his/her own path on his/her life"


Kemaren, sudah agak lama sih, saya tertegun melihat seorang wanita. Sebenarnya saya juga bingung itu wanita atau bukan, hehe..
Wanita itu begitu kusam, dengan rambut keriting kumal serta mata yang besar dan agak juling. Tingginya tak lebih tinggi dari anak kelas tiga smp. Dari penampilan dan tingkahnya, saya menebak bahwa wanita itu agak sinting, gila, miring, waham, retardasi, scizoprhenia (nulisnya bener gak tuh gw, haha) atau entahlah apa, pokoknya kurang waras. Didukung dengan perawakanya yang juga tidak seperti orang normal kebanyakan, lengkaplah sudah ke-invalid-an wanita tersebut.

Wanita itu, sebut saja Nasya (bagus amat namanya, haha. Nasya = Nama Syamaran -red) selalu naik kereta ekonomi listrik Serpong - Jakarta. Entah wanita itu ingin kemana atau sedang apa saya tidak tahu dan juga kurang peduli. Yang saya tahu, ia selalu duduk di pintu dan berteriak-teriak dengan suaranya yang sangat cempreng mengajak anak-anak jalanan dan pedagang asongan bercanda dengan gurauanya yang juga saya tidak mengerti. Tapi entah mengapa para anak jalanan dan pedagang asongan tersebut tampak ikut bergurau dan tertawa denganya.

Selama ini saya sering merasa terganggu dengan kehadiranya. Entah apa salah dia kepada saya, tapi melihat hadirnya saja sudah bikin saya gondok, hehe.. Tapi, hari itu entah kenapa saya jadi melihat hal yang berbeda darinya. Hal yang selama ini gagal saya lihat darinya kecuali ke-invalid-anya, suara cemprengnya dan penampilanya yang kumal (kata pak Djoko: kayak penampilan loe oke parlente aja Gan, hahaha). Mungkin karena akhir-akhir itu saya sedang banyak masalah dan sedang rajin-rajinnya mengutuki nasib sendiri, sehingga saya jadi bisa melihat hal itu dari Nasya dan tertegun karenanya.

Hal yang saya maksud itu adalah ia tampak selalu bahagia. Ya Saudara-saudara, ia, dengan segala ke-invalid-anya, dengan segala nasib buruknya, segala hal yang mungkin bila itu terjadi pada saya, saya tidak akan bahagia.. Atau bahkan saya akan mengurung diri di kamar seumur hidup! Namun ia tampak selalu bahagia!

Entah apa yang membuatnya bahagia. Saya jadi sangat penasaran. Dibuat bingung saya olehnya.. Dibuat kagum saya olehnya.. Dibuat jatuh cinta saya pada Nasy(ila)a (Mirdad, hehe). Oh Nasya, mengapa kau lakukan ini padaku, hahaha ngaco..

Setelah saya pikir-pikir. Pikir-pikir saya setelah.. Ternyata ia bisa begitu bahagia karena (mungkin) ia menerima apa yang sudah Tuhan berikan padanya. Atau juga (mungkin) ia terlalu lelah mengutuki nasib, sehingga ia memilih untuk tersenyum menghadapi kehidupan. Atau karena ia gila dari lahir, makanya ia tak merasa hidup ini adalah beban. Sungguh kalau begitu, syahdan, bahwa sesungguhnya orang-orang gila seperti Nasya adalah orang-orang paling jenius di dunia. Ya, jenius dalam menikmati hidup..

Ingat bapak-bapak buta bermain harmonika yang pernah saya ceritakan pada notes saya sebelumnya? kalo belum baca notesnya baca ya.. Bagus, hehe..Bapak-bapak itu pun sejenis dengan Nasya. Beliau pun juga memiliki kekurangan, yaitu beliau buta. Namun bapak itu tetap tegar menjalani hidup. Dengan harmonika tuanya ia memainkan lagu-lagu minor di sepanjang KRL Depok - Jakarta demi bertahan hidup. Ia pun memiliki cita-cita, suatu saat akan naik haji. Suatu impian yang benar-benar utopis bagi saya yang skeptis. "Mana mungkin bapak buta itu bisa ke Mekkah? Sedangkan hidupnya saja susah." begitu kata hati saya. Kata hati saya begitu..

Tetapi mungkin itu yang membuatnya bisa bertahan menjalani hidup. Menyangganya dari keterpurukan akibat frustasi oleh kebutaanya. Mungkin mimpi dan harapan adalah cahaya penerang yang selalu menerangi setiap langkah-langkah lelahnya mengamen di dalam kereta. Lalu saya pun membuat kata-kata bijak (boleh dong sekali-kali pandir seperti saya mencoba berkata bijak, hehe). Ingat baik-baik, karena mungkin suatu saat kutipan bijak ini akan di kutip di buku-buku best sellernya Mario teguh, hehe ngarep. Begini bunyinya "Hal yang terjadi hari ini adalah realita, kita harus tetap berusaha namun jangan lupa untuk menikmatinya. Dan hal yang kita nikmati di masa yang akan datang adalah cita-cita. Kita harus mengejarnya karena itu adalah cahaya yang selama ini menerangi kita dari gelapnya realita."

Kembali ke Nasya. Setelah saya pertimbangkan matang-matang. Ternyata selama ini saya terlalu banyak mengeluh. Padahal hidup saya tidak seburuk nasib Nasya. Mengapa saya harus lebih kalut daripada dia? Mungkin saya harus jadi setengah gila baru tahu jawabanya, hehe..

Karena bingung, saya pun pulang dan cuci kaki. Abis itu sebelum tidur saya pun membuat puisi buat Nasya. (Puisi ini mengandung konten eksplisit, mohon minta bimbingan orang dewasa bagi yang belum cukup umur).

Oh Nasya, apa yang membuatmu begitu bahagia..
Apa yang kau lihat dari dunia melalui mata juling mu itu..
Apa kau melihatnya sama dengan ku, kadang terang namun lebih banyak pilu..
Ataukah indah berwarna-warni..
Seperti halusinasi Diori yang sedang nge-trip akibat Jamur Ajaib dari Bali..
Oh Nasya, Andai saja kau tak gila.. Apakah kau akan tetap bahagia..
Ataukah muram..
Seperti pilu nya Diori yang gagal ejakulasi setelah menonton film panas besutan Raam Punjabi..
Oh Nasya, minggir dari pintu, saya mau turun di Pondok Ranji..

Tertanda, Akbar Gani.


Pesan moral : Kalau lagi galau jangan mikirin orang gila, entar ikutan gila, hehe..bukan deng. Bermimpilah, nikmati hidup anda, jangan banyak mengeluh, karena itu yang akan membuat hari-hari anda semakin suram. Bila mimpi indah tak kunjung datang...makanya berdoa sebelum tidur, hehe..

[+/-] Baca selengkapnya...

Jumat, 01 Mei 2009

Mayday Letter

Tuan yang terhormat,
Saya telah mendengar tentang Konferensi Tuan yang amat sukses tempo hari. London kota yang bagus bukan? melihat foto Tuan lagi tadi pagi (maksud saya foto setelah konferensi, Tuan dan kawan-kawan Tuan itu sepertinya memang amat menikmati London. Saya harus mencatat itu,apabila berkesempatan pergi kesana (semoga!). Cuaca teduhnya memang pas sekali. Ah, saya bukan hendak mengaitkan keberhasilan Tuan dengan cuaca, haha. Saya yakin apabila digelar di Darfur pun akan tetap lancar-lancar saja.

Tuan, saya tidak akan lama berbasa basi. Saya akan mengatakan dengan langsung. Selamat datang di mimpi buruk. Segala dagelan Konferensi Tuan mungkin menenangkan tiap pikiran gundah sejak krisis ekonomi global ini. Agreement diteken, MOU disahkan, Kebijakan dirancang. Tapi disini saya memperingatkan,sistem Tuan akan hancur berantakan. Korporasi akan rontok,kontrol kuasa akan diambil alih, uang akan mengalir di jalur seharusnya, pencoleng akan ditangkapi.Hari-hari Tuan kedepan, seperti saya sudah bilang, mimpi buruk.

Ah, tak perlulah Tuan mengomel seperti itu,apa? Nama saya? Itupun bukan soal. Anggaplah saya sekedar pembawa berita sederhana,suatu perantara. Nah,sekarang giliran saya berbicara lagi bukan? Terimakasih. Sampai dimana tadi? Ah,ya..Sistem Tuan yang seakan begitu menjunjung tinggi kerja keras, keberanian,dan kejujuran ternyata suatu fatamorgana belaka. Seperti layaknya kolam ikan, Tuan berkata bahwa jumlah ikan yang kita peroleh sebanding dengan usaha kita memancingnya. Nyatanya,bila kita sempatkan menyelam kedalam kolam itu, niscaya didapati kolam itu telah disekat-sekat, jauh dari penglihatan kita di permukaan. Sekat itu membagi-bagi kolam,yang juga otomatis membagi ikan-ikan didalamnya. Si miskin di pojok sana,meski menghabiskan seumur hidupnya untuk memancing pun paling hanya akan mendapat seember ikan,itupun yang cere. Ia mendapat ruang sekat kolam yang begitu kecil. Sementara Tuan dan kawan Tuan, tidak memancing pun ikan akan berlompatan ke daratan, hinggap di pangkuan Tuan,minta disantap. Tuan dan kawan Tuan segelintir, menikmati ikan yang tak cukup untuk dihabiskan walau berabad-abad. Si miskin yang berduyun-duyun ke kolam mencari penghidupan,mendapat ikan yang langsung habis seiring beberapa suapan. Itulah sistem sebenarnya Tuan, itulah cara kerjanya, itulah moralitasnya.

Seperti lolongan pejuang Zapatista di rimba Lacandon,dengan ini saya nyatakan CUKUP SUDAH ! Sistem Tuan yang telah bercokol sedemikian lama dan mengatasnamakan kebebasan hak asasi sudah sepatutnya diakhiri. Sesuai konsep Adam Smith? Invisible Hand katamu? Izinkan saya mengutip pendapat ahli ekonomi pemenang nobel yang mungkin kita berdua sudah kenal betul, Joseph Stiglitz : “Invisible Hand itu benar-benar invisible,antara lain,karena seringkali memang tidak ada……”. Tanpa kontrol Pemerintah,pasar Tuan akan berderap begitu kencang layaknya topan. Tetapi, sekaligus meninggalkan kerusakan besar di tiap jalur yang dilaluinya. Penghisapan, eksploitasi,pendudukan,semua menjadi kata yang dihaluskan menjadi “Pemberdayaan”, ”Akuisisi”, ”Perluasan lapangan kerja”.

Seperti pekikan buruh mogok kerja di petang Catalunya era Franco,dengan ini saya nyatakan CUKUP SUDAH ! Media Tuan adalah berkah penguasa. Menampilkan hiburan hampa dan menghasilkan rakyat jinak seperti retriever dikebiri. Pernahkah media Tuan meliput kampung Indian Chiapas yang digempur Tank dari segala penjuru? Terpikirkah media Tuan untuk mengangkat sejarah Biro Pinkerton bentukan korporasi yang membunuhi keluarga aktivis buruh negara Tuan diakhir abad 19?

Seperti tangisan ibu-ibu meratapi jasad suaminya dipertambangan emas Peru, kami nyatakan CUKUP SUDAH! Tuan sudah melacurkan kata politik sampai derajat terendahnya . Menjadikannya sinonim dengan “kebohongan”,”kekotoran”,”Keserakahan” belaka. Membuat tiap individu menganut sikap skeptis belaka. Satu kemenangan besar lagi untuk Tuan. Demokrasi Tuan adalah kebohongan. Hampir seluruh warga dunia menyatakan anti terhadap negara Tuan karena kegemaran Tuan menjatuhkan pemerintahan yang terpilih secara demokratis dan mengangkat diktator, hanya karena ia patuh melindungi kepentingan Tuan.

Dan oh! Betapa negara Tuan akan dengan senang hati melanggengkan itu semua. Hukum didesain dengan maksud melindungi ambisi Tuan. Elit-elit Tuan adalah staf-staf yang merumuskan aturan itu tiap harinya tanpa perundingan berlama-lama. Ekspansi korporasi ke negara lain dilancarkan dengan kedok perjanjian multilateral. Rakyat negara Tuan dengan kebanggaan pun menyebut, “inilah negaraku,negara kaum bebas,pula mengayomi yang menderita di seluruh dunia..penjaga dunia!! “ CUKUP SUDAH !!
Tuan, sekarang angin sudah berbalik arah, buritan kami hampir terangkat seluruhnya dari dasar samudera. Sekarang biarlah terbuka mata tiap warga dunia, ada yang salah dengan hari-hari mereka. Bahwa penganiayaan terhadap martabat manusia terjadi di penjuru dunia akibat sistem yang sama. Biarlah para petani, buruh, wiraswasta, mahasiswa, semua yang percaya, terorganisir dalam barisan rapat menuju satu arah.

Sekarang krisis telah menunjukkan semua, sistem yang bertopang pada penghisapan sepihak hanya pantas ditinggalkan. Segelintir Tuan akan merasakan tiap pekik diteriakkan, semakin lama semakin kencang. Sebuah pekikan tidak terima,tidak percaya, tidak rela berdiam lebih lama lagi. Kegagalan sistem Tuan sudah nyata diambang mata,segala usulan Tuan di Konferensi tempo hari hanya ibarat menambal bendungan bocor dengan semen murahan. Kamilah air bah yang Tuan takuti.

Silakan Tuan tertawa, toh saya Cuma perantara, tak perlu dianggap serius. Tapi Tuan,mungkin suatu hari Tuan tergelitik untuk melongok sebentar dari jendela gedung Konferensi. Lihatlah kami,segelintir kami yang percaya, berteriak CUKUP SUDAH! Hingga parau,hingga dagelan Tuan kami duduki.Saat itulah kata “Demokrasi”, “Kebebasan”, ”Keadilan” bukan hanya sekedar menjadi topik pidato dan buku-buku acuan Tuan, melainkan desakan, dan Tuan akan terhimpit dibawahnya.

Sekian saja Tuan, semoga Tuan bisa menangkap maksud saya,dan ingatlah, setiap tabir akan dibukakan mulai sekarang. Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu bersama Tuan,


Selamat Hari Buruh, Dan siapkan parasut untuk jurang yang menganga di hari depanmu.

Garda Depan Penentangan.

[+/-] Baca selengkapnya...

Selasa, 14 April 2009

Counter-Culture

Beberapa hari ini karena kebetulan sedang berada dirumah,saya menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa group di facebook.Beberapa group yang pasti langsung memikat anda,dikarenakan topic group yang “seru”.Group Anti Band Anu,Anti Band Fulan,Band Ini Plagiat,dan lain-lain.Intinya serupa,yaitu mengajukan topik mengenai permusikan lokal kita yang semakin memburuk.Namun setelah menjelajah hingga lepas larut malam,Saya belum menemukan yang saya cari,sebuah solusi kongkrit dan masuk akal.



Yang ada malah pola seperti ini.Di group anti2an itu dibuka discussion board (dengan judul yang kelewat offensive,kekanakan,meaningless),biasanya topiknya berkutat di ranah hujatan saja.Lalu datang comment nimbrung menghujat seperti air bah.Biasanya Cuma berupa sepatah kata cacian tanpa alasan yang relevan yang diulang-ulang.lalu ada satu orang yang memiliki pendapat yang berbeda.Hal ini bukannya ditanggapi dengan Admin memberi alasan rinci,malah disambar seketika dengan “wah…ada yang nge-flame nih…serang gan!!!”.Yang terjadi selanjutnya mudah diprediksi,saling caci maki (kadang2 membawa makian yang jauh keluar konteks),debat kusir absurd keroyokan (faktor mayoritas anak ABG yang join?).Solusi yang diharapkan semakin menjauh dari pandangan.Dan -maaf- ini tidak Cuma terjadi di topik musik,melainkan di segala topik berdasarkan segala isu pro-kontra.Mengapa terjadi seperti ini? Apakah sedemikian buruknya budaya kita untuk sekedar mengakomodasi kegiatan diskusi yang nyaman dan sopan? Mengapa segala discussion group yang mengusung isu krusial ini selalu terjebak pada hal-hal sepele seperti ini ?.Seakan-akan apabila pendapat mereka (tuan rumah group dan antek “idealis”nya) dinegasikan,seluruh harga diri mereka turut jatuh ke Bumi.Budaya kekanakan seperti ini tidak COCOK untuk berdiskusi.Semua akan saya jelaskan pada tulisan berikutnya (udah keluar konteks nih.hehe)

Sekali lagi,akhirnya selama saya surfing diantara group2 sejenis ini.Tiada satupun solusi tepat yang keluar.Yang ada Cuma saling serang dan saling mengklaim “lo alay…!!!”, “lo yang alay,,an&*&g lo!!! “,sibuk memisahkan band mana yang alay dan “patut dibasmi” dari band yang dianggap “okay,fine..”. dan discussion board Cuma membahas sejauh “mengapa Kangen Band bermuka nelangsa? “ atau “Band-band yang diplagiasi D’Masiv” Saling kick (dikeluarkan dari group) terjadi dimana-mana.Absolutely ABSURD.Sekali lagi,hanya mengeluh,merepet,memaki,tiada solusi.

Padahal,apabila mereka berusaha fokus saja terhadap masalah ini (tanpa segala debat melelahkan tak berujung itu) dan tidak Cuma menyentuh permukaan dari fenomena gunung es ini,saya yakin solusi bisa cepat didapatkan.Maka dari itu,disini saya mencoba memberikan solusi masalah ini.Ini hanyalah analisa amatiran saya,tentu tidak didukung dengan data otentik.Hanya saya merasa ini lebih baik daripada sekedar membuang gerak jari mengetik caci maki tanpa solusi. Saya akan mulai dengan terlebih dahulu mengajak pembaca mengingat salah satu petuah orang bijak dahulu kala.”Sejarah selalu berulang..”

Mari kita flashback kembali ke pertengahan 70-an,era dimana Rahmat Kartolo,Panbers,Tetty Kadi,Obbie Messakh,D’Mercy’s (mengingatkan gua akan D’Masiv) adalah jawara blantika musik Indonesia.Pola musiknya mirip seperti sekarang,ketukan drum lesu,notasi minim kreativitas,dan (tentu) lirik yang menyayat hati setiap pendengar.Sekilas music Indonesia 70-an sudah mentok disini.Tetapi,disuatu lokasi di Jakarta bernama Gang Pegangsaan tersebutlah sekumpulan anak muda yang memilih jalur berbeda.mereka,dengan bakat diatas rata-rata,berusaha untuk melakukan breakthrough dengan segala cara.Kesempatan itu datang tatkala sutradara legend,Teguh Karya meminta seorang pemuda dari Gang Pegangsaan itu untuk mengisi score film terbarunya.Dengan berbekalkan peralatan seadanya,pemuda tersebut mengajak beberapa orang temannya untuk membantunya.Film itu sukses besar.Tetapi kesuksesan score filmnya jauh lebih dahsyat.Bahkan semenjak dirilis menjadi full-album langsung menjadi best-seller dan serta merta langsung meroketkan nama para penciptanya.Ya,benar.Nama album itu (seperti nama filmnya) adalah Badai Pasti Berlalu.Para penciptanya,Eros Djarot,Yockie Suryoprayogo,dan (terutama) Alm. Chrisye langsung menjadi household name musik local,menggeser nama-nama yang lebih dulu disebutkan.

Memasuki dekade 80-an sudah kita pahami semua.Godbless merajai music rock,Fariz RM dengan elektronika uniknya,jazz level dunia dari Krakatau,serta musik-musik kritik apik macam Harry Roesli,Iwan Fals,dan Ebiet G.Ade.Namun diakhir decade 80-an terlihat seperti terjadi pengulangan dari era 70-an.Musik-musik ‘lesu’ seperti Panbers dan Rahmat Kartolo muncul dalam bentuk Dian Piesesha,Nia Daniaty,dan kawan-kawan.Meroketnya musik ini kembali bahkan hingga membuat menteri penerangan saat itu,Harmoko,Membuat statement yang melarang TVRI menayangkan musik-musik ‘cengeng’.

Akan tetapi,trend ini tidak bertahan lama,bukan dikarenakan statement Harmoko tadi,melainkan segera munculnya nama lain yang berasal mula sama seperti anak-anak Gang Pegangsaan.Mereka memilki nama Gang yang berbeda,Gang Potlot.Slank dengan album debutnya yang eksplosif berhasil merebut perhatian khalayak dan kembali menempatkan musik rock ke tahtanya.Melihat bahwa anak-anak muda bisa melakukan terobosan hanya bermodalkan semangat dan kerja keras,Segeralah menyusul band-band yang terinspirasi .Muncullah band-band seperti Dewa 19,Kla Project,dan lain-lain.

Apakah anda sudah mengerti point saya dari serangkaian flashback yang dijabarkan diatas?.Intinya adalah,saya berpendapat bahwa untuk membunuh satu trend diperlukan trend lainnya yang berani menempatkan diri sejajar dengan trend tersebut.Untuk menghabisi satu culture diperlukan counter-culture.Seperti culture Rahmat Kartolo,Panbers dan lain-lain disapu bersih oleh musisi-musisi Gang Pegangsaan seperti Yockie S,Keenan Nasution,Chrisye.Seperti culture neo-sendu awal 90-an dihabisi D.I.Y anak-anak Gang Potlot.

Mari kita lihat apa saja amunisi kita untuk menggencarkan counter-culture dengan segera.Di ranah pop kita memiliki Efek Rumah Kaca,Sore,WSATCC,dan lain-lain.Di jalur rock ada Seringai,Polyester Embassy,The S.I.G.I.T.Hampir tak terhitung! Lalu mengapa perubahan belum terjadi ? seperti saya sebut diatas,counter-culture itu HARUS MENEMPATKAN DIRI SEJAJAR DENGAN CULTURE YANG AKAN DIHABISI.Apakah ini sudah terjadi? Jawabannya belum.Dan mustahil terjadi apabila para scenester kita kerap MENGHUJAT SETIAP BAND YANG INGIN MELEBARKAN SAYAP.

Masih ingat S.I.D ? di tahun 2002 mereka merilis album berjudul Kuta Rock City (masuk daftar majalah Rolling Stone sebagai salah satu album terbaik Indonesia sepanjang masa) dan langsung dihujani hujatan from the so-called Punk Rock Scene.Koil pun pada 2003 merilis Megaloblast dan langsung dicap “murtad”.Tidak usah jauh-jauh,Rocket Rockers baru-baru ini tampil di Dahsyat dan beberapa kawan saya serta merta mencemooh.Bagaimana caranya kita merubah trend apabila setiap band “indie” tetap tinggal di “bawah tanah” dan menolak pergi ke medan laga? Dan setiap band yang memutuskan pergi ke sana langsung kehilangan support dari rootsnya?.

Penyebab utama adalah memang major label sudah dicap negative sejak dahulu kala.Tetapi apakah dengan Indie Label yang notabene Cuma mencakup regional terbatas kita bisa memulai movement perubahan ? bukankah satu-satunya cara adalah MENGEKSPOS MUSIK KITA SEBESAR-BESARNYA? mari kita pikirkan seperti ini,coba kita bayangkan apabila The Beatles memilih main regular di kafe-kafe kecil Liverpool dan menolak tawaran rekaman.Atau Chuck Berry yang lebih suka menjadi street musician daripada go public.Pastilah musik yang kita dengarkan hari ini Cuma sejenis Motown dari The Supremes,Aretha Franklin,dan paling pol adalah boogie-woogie monoton.Bisa mengerti maksud saya?


PERUBAHAN BISA TERJADI APABILA KITA RUBAH JUGA DIRI KITA.Rubah paradigma! INDIE ITU HAKIKATNYA CUMA BATU LONCATAN,BUKAN JALAN HIDUP.Paradigma seperti itulah yang kita (terutama para musisi) butuhkan.Silakan menghujat saya sebagai sell-out bitch,dll.Tetapi apabila kita terus berdiam di “bawah tanah kita yang nyaman” kapan khalayak bisa mendapat option (dalam konteks ini,option karya musik yang dirilis ke pasar) dan tanpa option,kapankah perubahan yang kita semua idam-idamkan bisa terjadi? Bila kita tidak menunjukkan keberadaan kita,bukankah khalayak akan terus mengkonsumsi segala yang ditawarkan industry music kita? Ingat,masyarakat mainstream menyukai musik yang kita anggap sampah itu bukan karena lirik mendayu-dayu,ketukan lesu,kunci standar.Melainkan karena mereka tidak pernah memiliki alternatif musik lain untuk didengar. DAN INDUSTRI TIDAK AKAN PERNAH BERHENTI MEMASOKNYA.Dilengkapi dengan kemalasan Indie untuk go-public..Lingkaran setan bukan?

Kita butuh untuk merebut ruang-publik itu dari mereka (para pengeruk kuntungan,minim kualitas rilisan),dengan cara mengirimkan segenap amunisi terbaik kita.Rocket Rockers yang sejak kemarin selalu dicemooh karena dianggap “sell-out” akibat tampilnya mereka di TV prime-time.Tapi bagi saya mereka telah melakukan hal yang berani.Mengapa? karena dengan begitu mereka telah berani mengekspos karya mereka ke depan publik mainstream.Mereka telah menunjukkan keberadaan mereka dan scene mereka ke khalayak luas.Inilah yang sesungguhnya kita butuhkan.Kita harus menyerang mereka tepat dimana mereka “bernafas”.Para musisi Indie haruslah beranjak dari “bawah tanah yang nyaman” menuju laga sesungguhnya berada.EKSPOS KARYAMU DIMANA-MANA.TAKE EVERY CHANCES OUT THERE.Tunjukkan bahwa musik seharusnya seperti apa.Hancurkan eksklusifisme dalam bermusik!

Maka dari itu,saya akan terus mensupport band-band Indie yang sudah “beranjak dewasa”.Yang berani menunjukan karya mereka kepada publik yang lebih luas.Inilah buah bakal perubahan.Bukan para musisi yang sok eksklusif,terlalu pengecut menunjukan karya untuk diadu dengan karya-karya yang selama ini mereka nistakan.Dan bukan pula para tukang nyampah di forum2 diskusi maya yang semata-mata Cuma menuju nihilisme akut minim substansi.

“sejarah selalu berulang..” dan kita tinggal memilih.



Rebut,Ubah,Nikmati

MIRZA FAHMI



[+/-] Baca selengkapnya...

Rabu, 01 April 2009

Monolog Pesta Demokrasi-Sebuah Parodi Satir

I

Merah kuning dan hijau kalau kata wijhi tukul
Namun sekarang bertambah biru, yamg merah kuning hijau pun berkembang biak
Banteng beranak pinak, pohon beringin apalagi
Matahari jadi dua, satu merah satu biru
Untung Ka'bah masih satu, kalau tidak entah nanti saya sholat akan menghadap kemana

Indonesia memang panas, entah iklimnya, entah suhu politiknya
Bahkan sang banteng yang biasanya berkubang sendiri di lumpur
Kini asyik berteduh dibawah pohon beringin
Apa karena sekarang mataharinya ada dua?
Entahlah, nampaknya memang sang banteng lebih suka berada di ketiak beringin
Nyaman, tanpa harus bersusah payah berkubang di teriknya matahari
Sambil tidur-tiduran, sembari menjilati akar-akarnya


II

Katanya Indonesia kembali swasembada pangan
Pantas saja padi tampak tumbuh liar dimana-mana
Di bawah pohon beringin ada, mungkin mengikuti jejak sang banteng
Songsong atas, condong samping dan tanam bawah, begitu rupanya sang padi berbenih
"Apapun lauknya, nasinya tetaplah dari padi" begitu mereka berdalih
Petani pun jadi bingung, mau memilih padi atau burung Garuda yang terbang tinggi di angkasa
Tanpa padi, petani bukanlah petani, tapi burung Garuda yang terbang tinggi di angkasa adalah teman para petani
Tidak seperti sang padi, yang jelas-jelas berasal dari petani, tapi sibuk jilat sana-sini, lupa manyanjung petani
Dan malah sibuk bergagah diri, "Indonesia kembali menjadi lumbung padi berkat kami", begitu ujarnya congak
Apa mending pilih partai buruh? yang jelas-jelas berhaluan kiri?
Lagi-lagi padi berujar "Mau lauknya Banteng, Garuda, atau apapun, nasinya kan tetap dari padi"
"Lanjutkan!" kalau kata yang berkuasa, tak mau kalah
"Tidak Poligami!" janji seorang calon dari matahari, entah apa maksud dan tujuanya

"Ah, mending contreng saja yang acara dangdutanya paling megah", kata Basroni si anak petani
"Jangan! pilih yang mensejahterakan rakyat kecil saja, yang memberi uang paling banyak, suka bagi-bagi beras, cepat tanggap sama bencana", kata Sumarni si janda petani
Namun Umar Bakrie si pegawai negeri yang lebih berpendidikan berujar "contreng saja yang sudah kita kenali, karena begitulah seharusnya"
Lalu sang fulan pun menyimpulkan "Berarti kita contreng saja semua, bagaimana? kan hampir semuanya melakukan hal-hal diatas, semuanya kita kenal walau hanya wajahnya saja melalui spanduk yang terpampang di tiap sudut ruang gerak kita"
Semua tertegun, dalam diam mengiyakan nasihat si fulan. Entah siapa sebenarnya sang fulan ini. Ia selalu hadir dalam setiap kisah yang diceritakan Pak Kyiai di Mushola desa, kehadiranya selalu memberi petuah dan pencerahan


III

Memang pesta demokrasi adalah pesta kepentingan
Yang punya hajat berkepentingan untuk menjual komoditi demi simpati
Rakyat kecil pun diuntungkan, "andai saja pemilu setahun sekali", ujar mereka
"Tentu kita tak usah beli baju dan susah payah mencari sesuap nasi,
Acara dangdutan hampir setiap hari, janji manis bertebaran wangi,
Bencana teratasi, petani dipuji-puji"

Bahkan yang mati pun ikut berpartisipasi
Saya dengar kemarin Amrozi yang sudah dieksekusi masih terdaftar untuk nyontreng di ngruki
Entah ini manipulasi atau tidak saya tak peduli
"Orang mati kira-kira milih siapa ya?"
Itu malah yang menggelitik hati

Pesta demokrasi memang mempesona
Yang ga enak ya setelahnya
Sehabis pesta tentu banyak pekerjaan rumah menanti
Yang pesta siapa, yang membersihkan sisanya siapa
Para jawara seolah lupa akan ucapanya
Baru ingat kalau nanti ingin ikut pesta lagi
"Tapi ingat! kalau saya terpilih lagi nanti..." ujar Bu Mega di tiap kampanyenya
Lupa apa sama kelakuanya waktu menjadi ibu negara?
menjual aset sana-sini
Wong cilik dianak-tiri
Koruptor bebas wara-wiri
Kepercayaan rakyat dikebiri


IV

Mungkin saya ingin tidak percaya terhadap demokrasi
Tapi saya kan bukan fasis, pun bukan totalis
Sedikit kiri mungkin, namun masih nasionalis
Kalau saja mereka bukan sekedar politisi, apalagi hanya artis dan musisi
Yang hanya pandai bersandiwara dan bernyanyi lagu yang usang dan basi
Tentang janji yang tak kunjung ditepati
Andai mereka seorang negarawan, yang tidak peduli kampanyenya berhasil "menjual" atau tidak
Tapi lebih peduli akan nasib bangsa, walau tidak ada yang melihat mereka, atau memuji mereka
Mungkin tidak akan begini jadinya
Lihat, rakyat yang dulu bodoh saja sudah muak dengan panggung ini
"Emang kita masih bisa dibego-begoin" ujar seorang pedagang kaki lima yang saya temui


V (Epilog)

Ah besok saya mencontreng atau tidak ya?
Merah Kuning Hijau dan Biru, semua sama saja, hanya bisa janji
atau contreng saja semua seperti kata sang fulan?

Huff..pemilu sebentar lagi, semoga saja tidak sepi dan lantas jadi ajang obral diri

***






Akbar Gani, yang masih bingung siapa sebenarnya si fulan dan kenapa ia begitu bijaksana


[+/-] Baca selengkapnya...

I

Merah kuning dan hijau kalau kata wijhi tukul
Namun sekarang bertambah biru, yamg merah kuning hijau pun berkembang biak
Banteng beranak pinak, pohon beringin apalagi
Matahari jadi dua, satu merah satu biru
Untung Ka'bah masih satu, kalau tidak entah nanti saya sholat akan menghadap kemana

Indonesia memang panas, entah iklimnya, entah suhu politiknya
Bahkan sang banteng yang biasanya berkubang sendiri di lumpur
Kini asyik berteduh dibawah pohon beringin
Apa karena sekarang mataharinya ada dua?
Entahlah, nampaknya memang sang banteng lebih suka berada di ketiak beringin
Nyaman, tanpa harus bersusah payah berkubang di teriknya matahari
Sambil tidur-tiduran, sembari menjilati akar-akarnya


II

Katanya Indonesia kembali swasembada pangan
Pantas saja padi tampak tumbuh liar dimana-mana
Di bawah pohon beringin ada, mungkin mengikuti jejak sang banteng
Songsong atas, condong samping dan tanam bawah, begitu rupanya sang padi berbenih
"Apapun lauknya, nasinya tetaplah dari padi" begitu mereka berdalih
Petani pun jadi bingung, mau memilih padi atau burung Garuda yang terbang tinggi di angkasa
Tanpa padi, petani bukanlah petani, tapi burung Garuda yang terbang tinggi di angkasa adalah teman para petani
Tidak seperti sang padi, yang jelas-jelas berasal dari petani, tapi sibuk jilat sana-sini, lupa manyanjung petani
Dan malah sibuk bergagah diri, "Indonesia kembali menjadi lumbung padi berkat kami", begitu ujarnya congak
Apa mending pilih partai buruh? yang jelas-jelas berhaluan kiri?
Lagi-lagi padi berujar "Mau lauknya Banteng, Garuda, atau apapun, nasinya kan tetap dari padi"
"Lanjutkan!" kalau kata yang berkuasa, tak mau kalah
"Tidak Poligami!" janji seorang calon dari matahari, entah apa maksud dan tujuanya

"Ah, mending contreng saja yang acara dangdutanya paling megah", kata Basroni si anak petani
"Jangan! pilih yang mensejahterakan rakyat kecil saja, yang memberi uang paling banyak, suka bagi-bagi beras, cepat tanggap sama bencana", kata Sumarni si janda petani
Namun Umar Bakrie si pegawai negeri yang lebih berpendidikan berujar "contreng saja yang sudah kita kenali, karena begitulah seharusnya"
Lalu sang fulan pun menyimpulkan "Berarti kita contreng saja semua, bagaimana? kan hampir semuanya melakukan hal-hal diatas, semuanya kita kenal walau hanya wajahnya saja melalui spanduk yang terpampang di tiap sudut ruang gerak kita"
Semua tertegun, dalam diam mengiyakan nasihat si fulan. Entah siapa sebenarnya sang fulan ini. Ia selalu hadir dalam setiap kisah yang diceritakan Pak Kyiai di Mushola desa, kehadiranya selalu memberi petuah dan pencerahan


III

Memang pesta demokrasi adalah pesta kepentingan
Yang punya hajat berkepentingan untuk menjual komoditi demi simpati
Rakyat kecil pun diuntungkan, "andai saja pemilu setahun sekali", ujar mereka
"Tentu kita tak usah beli baju dan susah payah mencari sesuap nasi,
Acara dangdutan hampir setiap hari, janji manis bertebaran wangi,
Bencana teratasi, petani dipuji-puji"

Bahkan yang mati pun ikut berpartisipasi
Saya dengar kemarin Amrozi yang sudah dieksekusi masih terdaftar untuk nyontreng di ngruki
Entah ini manipulasi atau tidak saya tak peduli
"Orang mati kira-kira milih siapa ya?"
Itu malah yang menggelitik hati

Pesta demokrasi memang mempesona
Yang ga enak ya setelahnya
Sehabis pesta tentu banyak pekerjaan rumah menanti
Yang pesta siapa, yang membersihkan sisanya siapa
Para jawara seolah lupa akan ucapanya
Baru ingat kalau nanti ingin ikut pesta lagi
"Tapi ingat! kalau saya terpilih lagi nanti..." ujar Bu Mega di tiap kampanyenya
Lupa apa sama kelakuanya waktu menjadi ibu negara?
menjual aset sana-sini
Wong cilik dianak-tiri
Koruptor bebas wara-wiri
Kepercayaan rakyat dikebiri


IV

Mungkin saya ingin tidak percaya terhadap demokrasi
Tapi saya kan bukan fasis, pun bukan totalis
Sedikit kiri mungkin, namun masih nasionalis
Kalau saja mereka bukan sekedar politisi, apalagi hanya artis dan musisi
Yang hanya pandai bersandiwara dan bernyanyi lagu yang usang dan basi
Tentang janji yang tak kunjung ditepati
Andai mereka seorang negarawan, yang tidak peduli kampanyenya berhasil "menjual" atau tidak
Tapi lebih peduli akan nasib bangsa, walau tidak ada yang melihat mereka, atau memuji mereka
Mungkin tidak akan begini jadinya
Lihat, rakyat yang dulu bodoh saja sudah muak dengan panggung ini
"Emang kita masih bisa dibego-begoin" ujar seorang pedagang kaki lima yang saya temui


V (Epilog)

Ah besok saya mencontreng atau tidak ya?
Merah Kuning Hijau dan Biru, semua sama saja, hanya bisa janji
atau contreng saja semua seperti kata sang fulan?

Huff..pemilu sebentar lagi, semoga saja tidak sepi dan lantas jadi ajang obral diri

***






Akbar Gani, yang masih bingung siapa sebenarnya si fulan dan kenapa ia begitu bijaksana


[+/-] Baca selengkapnya...

Senin, 09 Maret 2009

culinary trip

dalam posting kali ini saya akan membahas
'dunia itu nikmat ya??'
mengapa?
karena ice cream mc flurry varian baru itu enak,
coffee crunchy dan caramel crunchy..
bukan saya SPG nya McD atau bagaimana, tapi saya bicara sejujurjujurnya.
saya cinta kebenaran. anda belajar filsafat ilmu, kan??

walaupun McD itu korporasi barat sana dan mendunia..
mereka aditif..
sorry, junk food itu aditif lezatnya..



apalagi eskrim yang saya sebutkan diatas ditambah oreo atau biskuat susu, juga tambah corong eskrim yang kita sebut 'cone' atau sederajatnya, kue semprong...... dan makannya dengan spagetti gocengannya McD
ditambah pilus garuda, atau kerupuk kulit...setidaknya saya nge-mix sedikit dengan asupan lokal punya...gaya anak kosan.

take away atau dine in terserah anda.dengan teman atau kekasih bahkan rival terserah anda. keosan atau sendirisendiri terserah. dipinggir jalan atau restorannya yang ber AC ada TV 24jam hotspot juga bisa (internet gratisan, pamer leptop n BB yang laham, tapi beli makan gocengan) terserah anda juga. asal ga ngerepotin.

saya melakukan riset akhirakhir ini...
walaupun hanya sedikit sample yang saya ambil...dapat disimpulkan..
Spagetti KFC banyak tapi kurang enak dibanding McD.harganya pun sangat kompetitif.
Spagetti WS (we es- waroeng steak) berada diantaranya.
enak, harganya lebih tinggi namun sauce (baca: sozs) nya bikin mulut belepotan
burger McD gocengan kalah lezat dibanding burger Wendy's dengan harga yang relatif sama.
saya prefer wendy's karena sudah mendarah daging.kalo udah kelaperan sih sikat aja semuanya..
yang paling nampol adalah warteg bude samping kosan:
nasi setengah+sayur bayem+kentang balado+tempe oreg+mie= tigaribu rupiah=kenyang perut kembung.
atau kata temen2..yang bikin klenger itu PadGil (baca: padang gila)
hanya dengan lima ribu rupiah anda sekalian yang berjiwa piranha dapat makan masakan padang pake ayam dll terus bisa nambah...kenyang perut kembung..

wisata kuliner itu asik ya....
dunia itu nikmat asal galupa akhirat...

pesan moral kali ini...
makan boleh murah asal bersih dan kenyang...dan bagi temen disamping lo yang kagak makan, jangan medit.
inget buat nyumbangin sebagian duit lo buat sodarasodara kita yang belum bisa makan enak dengan cara berderma....
terakhir, jangan kebanyakan maakan biar bisa ruku ama sujud dengan nyaman.
thats it fo todays dialogue! adios amigos

label: wisata kuliner jelata jakarta pinggiran




[+/-] Baca selengkapnya...

Minggu, 08 Maret 2009

Budak-budak Fashion

"Di dalam fashion tidak ada logika"

Hai, jumpa lagi bersama saya. Setelah lama tidak menulis artikel di forum mahasiswa ini, ternyata dalam bosan tangan saya mengantar ide saya menjadi kata, yang berbaris menjadi kalimat, dan akhirnya mengejewantah menjadi suatu tulisan utuh (hehe sok puitis). Maka daripada tulisan ini menganggur dan menjadi sampah di hardisk saya, saya post-kan saja disini.

Oke, dalam tulisan kali ini saya akan membahas mengenai gejala trend yang menjangkiti masyarakat di daerah perkotaan. Suatu "arus" yang memiliki enerji guna mempengaruhi cara pandang dan gaya hidup masyarakat urban. Dan trend yang sangat kuat itu bernama fashion. Dan sekali lagi, dalam bahasan ini saya tidak akan menggunakan referensi yang kuat, seperti yang mungkin dikaji dalam telaah psikologi massa..Dan saya pun tidak akan membawakan argumen yang kuat. Tulisan ini saya utarakan diatas pemikiran saya sendiri, yang notabenenya hanya seorang mahasiswa pemerhati sosial amatiran. Jadi, tentu argumen saya akan penuh kekurangan di segala segi. Untuk itu, saya bersedia menerima kritik, saran atau pendapat dari anda sekalian yang membaca argumen yang akan saya utarakan dibawah ini.

Oke, sebelum saya mulai pembahasan kali ini, mungkin anda akan bertanya mengapa saya membatasi lingkup bahasan ini hanya pada masyarakat urban. Mengapa masyarakat desa tidak ikut dibahas? Apakah karena saya orang desa sehingga pendapat saya berat sebelah?

Haha, bukan itu alasanya saya membatasi permasalahan yang akan saya bahas hanya pada masyarakat metropolitan. Tetapi karena beberapa asumsi yang saya gunakan hanya akan pas bila dipakai untuk membahas perilaku masyarakat yang hidup di kota besar. Asumsi-asumsi tersebut saya rinci sebagai berikut:
1. Saya menganggap masyarakat kota sebagai masyarakat yang lebih cerdas. Namun dibalik kecerdasanya, masyarakat urban ternyata masih memiliki ketidakrasionalan yang dapat dieksploitasi.
2. Masyarakat metropolitan lebih majemuk. Dimana terdapat akulturasi budaya dalam bermasyarakat. Sehingga lebih mudah menyerap pengaruh suatu trend.
3. Dan yang terakhir, namun yang paling penting. Corak kehidupan masyarakat urban lebih hedonis. Dimana sebenarnya, dengan kecerdasan mereka, mereka masih memiliki ketidakrasionalan yang tinggi dalam pemenuhan jiwa konsumtif mereka.

Oke, berangkat dari asumsi-asumsi diatas, saya menuangkan suatu pandangan mengenai gejala trend fashion yang mewabah masyarakat di kota besar, terutama masyarakat Jakarta dan sekitarnya.

Sebagai manusia kita memiliki kebutuhan sandang, yaitu kebutuhan akan pakaian. Selain itu, kita juga memiliki kebutuhan lain yang bersifat abstrak. Yaitu kebutuhan akan keindahan, atau dalam istilah seninya "estetika".
Dari dua kebutuhan itu, lahirlah industri fashion. Industri yang pada awalnya tercipta guna memenuhi kebutuhan pakaian, yang selain untuk menutup aurat juga untuk memperindah penampilan, yang pada akhirnya berubah menjadi suatu trend. Dimana seolah-olah ada kekuatan "diktatoris" yang mengatur gaya apa yang sedang "in" untuk tahun ini, dan apa yang sudah ketinggalan jaman.

Saya sering geli sendiri. Bagaimana mungkin sekumpulan orang, yang menamakan dirinya "trendsetter", mampu mempengaruhi ribuan orang dalam berpakaian. Dengan titah mereka yang bernama "mode", para pengikutnya, yang jumlahnya jutaan, mampu mengkonsumsikan pendapatan mereka secara besar-besaran guna mengikuti titah dari "trendsetter" tersebut. Tas-tas, gaun malam, high heels, dan sebagainya.

Lebih geli lagi, gaya pakaian yang tahun lalu dianggap Fashionable, tahun ini bisa saja dibilang kampungan, ketinggalan jaman, dan lain sebagainya. Sedangkan pakaian yang tahun ini dianggap aneh, norak, atau 'gak matching', mungkin tahun depan malah dianggap sebagai mode...haha


Apakah mereka, para pengikut fashion, tidak menyadari mengapa trend tiap tahunya berubah?
Tentu mereka tidak sadar. Karena mereka, dengan segala kecerdasan mereka, termakan oleh ketidakrasionalan jiwa hedonis mereka. Padahal mereka jelas-jelas tertipu oleh industri fashion, yang sengaja menciptakan siklus perubahan trend mode tiap tahun, guna memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Karena siklus tahunan ini adalah kunci utama dunia fashion dalam meraih keuntungan.

Coba anda pikirkan, bila fashion tahun ini sama dengan tahun lalu, tentu industri fashion akan lesu, atau setidaknya tidak semeriah apabila fashion memiliki siklus tahunan. Karena, orang-orang tentu tidak akan terlalu banyak membeli pakaian baru. Mereka hanya akan membeli sebagai koleksi tambahan saja.
Namun apabila siklus tahunan digalakan, tentu para pengikut fashion akan membeli pakaian baru dengan model baru secara besar-besaran. Karena pakaian yang telah dibelinya pada tahun-tahun sebelumnya telah dianggap ketinggalan jaman dan hanya akan menjadi sampah di lemari baju mereka.

Lalu industri fashion, yang sudah kehabisan ide tentang mode apa yang akan dijadikan trend tahun depan, akan kembali mengangkat mode lama. Ketika pakaian-pakaian model itu sudah jarang yang memiliki atau sudah usang di lemari. Sehingga tentu, para pengikut fashion akan tetap membeli pakaian mode tersebut guna mengikuti fashion. Hal ini menjawab pertanyaan mengapa mode tahun 60an kembali 'booming' di era 80an, dan kembali 'booming' lagi ditahun 2000an?

Oke, dalam bahasan ini saya tidak melarang anda untuk tampil trendi. Tetapi saya hanya ingin memaparkan suatu pandangan, bahwa trend fashion sekarang sudah sangat berlebihan. Dimana logika dikesampingkan demi hedonisme belaka. Saya berpikir, kalo hanya ingin tampil 'trendi', tidak perlu selalu mengikuti trend fashion.. Selalu membeli pakaian mengikuti trend, dan dengan mudah mencampakanya apabila mode berkata sudah ketinggalan jaman.

Apa yang anda kenakan adalah representasi kepribadian anda, jadi apabila anda sering bergonta-ganti gaya pakaian hanya demi mengikuti trend, berarti anda adalah orang yang berkepribadian mudah goyah, mengikuti apa saja yang dikatan pasar, atau bisa dibilang tidak memiliki KEPRIBADIAN..(hehe, sori saya agak kasar, emang sengaja menyentil)

Oke, terakhir saya ingin menyimpulkan. Seberapa seringnya anda berganti gaya mengikuti mode, diri anda tetaplah diri anda. Anda tidak akan menjadi lebih hebat dengan menjadi fashionable, dan malah akan menjadikan diri anda sendiri sebagai korban mode. Kenali diri anda, cari gaya berpakaian yang paling pas merepresentasikan anda. Anda akan terlihat lebih "pure" dengan menjadi diri sendiri.


Wassalam
Gani, yang awalnya mau menulis tentang alokasi dana pendidikan 20% yang belum terealisasi. Tapi urung karena kurang bahan..hehe

[+/-] Baca selengkapnya...